Halaman

Senin, 19 November 2012

Waspadai Penipuan Lewat Jejaring Sosial

TEMPO.CO , Jakarta: Sebuah penelitian baru menunjukkan bagaimana penipu dapat menggunakan informasi online di jejaring sosial untuk mendapatkan profil rinci dari calon korban. Peneliti yang dilakukan atas nama perusahaan keamanan pribadi, ALLOW, yang mewawancarai salah satu mantan pelaku untuk mengetahui teknik tersebut yang memungkinkan mereka mencuri identitas orang lain. Mantan pelaku penipuan tersebut mengungkapkan bahwa beberapa pengguna tak jarang cukup cerdik untuk menahan informasi yang cukup pada satu situs untuk menggagalkan aksi penipu. Namun, kerap juga penjahat tak kehilangan akal dapat mengumpulkan cukup data dari berbagai sumber untuk mengajukan permohonan kredit atau melakukan pembelian online atas nama korban. Situs yang mereka gunakan untuk mengumpulkan calon korban, khususnya di wilayah Inggris, paling banyak mereka menggunakan laman 192.com. Data ini sangat berguna untuk memberikan informasi dimana calon korban tinggal, berapa lama, usia, siapa saja relasinya. Penipu kemudian menyempurnakan identitas ini dengan menggunakan akun Facebook maupun Linkedln untuk rincian lokasi, aktivitas, teman-teman dan foto, hingga pekerjaan. Situs 192.com, menurut pengakuan mereka adalah sumber informasi yang sangat baik. "Linkedln sangat baik untuk mendapatkan semua yang Anda mau dari orang-orang yang Anda tidak tahu," ujar mantan penipu itu dalam sebuah wawancara. Menurut dia, foto sangat penting. Pasalnya, ini dapat memberikan petunjuk tentang password atau pertanyaan tentang keamanan akun. Mantan penipu itu mengungkapkan bagaimana dia akan membuat profil palsu dalam laman Facebook dengan menggunakan foto wanita menarik. Biasanya untuk menghubungi orang-orang yang dalam upaya ingin menjalin hubungan pribadi. "Orang ini meng-email saya dan memberikan semua informasi kepada profil palsu yang saya buat. Dia pikir, dia punya kesempatan, tetapi tidak benar-benar tahu siapa aku," kata mantan penipu itu. Atau bisa juga membajak Facebook. Misalnya membuat akun baru dengan nama mirip dan menyalin gambar serta informasi untuk akun baru itu. Lalu, menambahkan teman-teman mereka dan melakukan percakapan dengan mereka di laman itu. "Anda dapat mengekstrak informasi. Ini merupakan jalan untuk mengeksploitasi dan mendapatkan informasi," katanya. Mereka biasanya mengorek informasi keamanan ini untuk penggunaan kartu kredit atau perihal pinjaman atas nama korban. Bahkan bisa pula pelaku menyusun rincian menjadi identitas lengkap dan kemudian menjualnya kepada orang lain untuk melakukan penipuan. "Saya pikir hal yang mereka khawatirkan adalah jika pengetahuannya untuk menipu ternyata telah diketahui oleh umum," katanya. Justin Basini, pendiri dan CEO perusahaan keamanan ALLOW, mengatakan bahwa penerapan akal sehat dapat membantu pengguna media sosial untuk melindungi diri dari ulah para penipu yang mencuri identitas mereka. "Satu dari empat orang tidak memeriksa pengaturan privasi di Facebook, satu dari lima orang menerima permintaan teman dari orang asing, dan kebanyakan orang menggunakan password yang sama untuk semua jenis layanan," katanya (sumber : Facebook Bhayangkara Polri )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar